Jama’ah Jum’ah rahimakumullah!
Sebagai awal katakami mengajak, Mariah kita syukuri segala
nikmat yang Allah berikan kepada kita semua dengan meningkatkan iman dan taqwa
kita kepada-Nya. Kita laksanakan apa yang menjadi perintah-Nya, dan kita jauhi
segala larangan-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Rasul
akhir zaman, Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan Allah SWT.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah!
Satu ajaran yang begitu indah di dalam Islam adalah ajaran
shilaturahim, karena dengan shilaturahim, dendam kesumat akan segera luntur
dengan shilaturahim, sesuatu yang sulit sering bisa diatasi, dengan
shilaturahim, persaudaraan akan tetap terjalin, bahkan dengan rajin
shilaturahim, ekonomi seseorang bisa meningkat. Dan masih banyak lagi hikmah
shilaturahim yang lainnya.
Di sisi lain, Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa
dan beragam suku, bukan untuk saling menjauh, melainkan agar saling mengenal.
Sesuai firman-Nya :
“Hai manusia, Sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha menetahui
lagi Maha mengenal.” (Q.S.49, Al Hujurat 13)
Dengan demikian, shilaturahim/ukhuwwah atau persaudaraan
yang perlu kita jalin, bukan hanya sesame saudara yang masih ada pertalian
darah, atau hanya dengan sesama muslim, melainkan tercakup di dalamnya :
1.
Ukhuwah Islamiyah, yakni persaudaraan antar
sesama Muslim, meskipun beda partai, beda aliran.
2.
Ukhuwah Ijtima’iyah, yaitu persaudaraan dengan
sesama anggota masyarakat dan atau sesama anggota sebuah organisasi.
3.
Ukhuwah Wathaniyah, yaitu persaudaraan dengan
sesama warga Negara, meskipun beda suku, beda warna kulit.
4.
Ukhuwah Basyariyah yakni persaudaraan antara
sesama umat manusia, meskipun berlainan Negara, bangsa atau agama.
Saudara-saudara sekalian, Alhamdulillah,
kita bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa sudah sejak lama memanfaatkan
ajaran shilaturahim ini pasca Ramadhan dengan istilah Halal Bi Halal.
Prakteknya saling berjabat tangan dan saling memaafkan. Sesuai dengan petunjuk
Rasul SAW :
“Tidaklah
bagi dua orang yang saling bertemu kemudian salingbersalaman (saling meminta
maaf), kecuali keduanya langsung diampuni sebelum mereka berpisah”. (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dengan demikian seseorang itu akan kembali
fitri ( suci ).
Dan jika kita renungkan, Negara kita
Indonesia sebenarnya bisa menjalin dan mempererat persaudaraan, kalau saja
rakyatnya suka bershilaturahim, pejabatnya juga gemar shilaturahim. Dan
rupa-rupanya karyawan yang suka shilaturrahim juga sering mendapat perhatian
khusus dari atasanya. Sebaliknya, mereka yang kalah dalam pilkada di suatu
daerah juga disinyalir konon karena kurang shilaturrahim. Untuk itu betapa
pentingnya shilaturrahim.
Selanjutnya, apabila shilaturrahim ditinjau
dari kacamata hadist, banyak hikmah yang bisa kita petik, antara lain:
1.
Sebagai
indikasi orang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Sabda Nabi SAW :
“Barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir maka hendaknya melakukan shilaturrahim”. (Muttafaq’alaih).
2.
Shilaturrahim
bisa melapangkan rizqi dan memanjangkan umur.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa menghendaki agar dilapangkan
rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah shilaturrahim”. (Muttafaq
‘alaih).
3.
Untuk
memelihara pertalian nasab dan mendekatkan yang jauh.
Rasulullah
SAW bersabda :
“Kenalilah nisbah (garis keturunanmu)mu,
tentulah kamu menghubungkan rahim shilaturrahim mu, karena sesungguhnya tak ada
hubungan yang dekat karena kalau rahim sudah terputus walaupun dengan kerabat
dekat sekalipun. Dan tak ada hubungan yang jauh bila di hubungkan dengan
shilaturrahim walau dengan kerabat jauh sekalipun”. (H.R Abu Dawud dan Al
Hakim dari Ibnu Abbas RA).
Selanjutnya,
agar shilaturrahim kita dengan sesama tetap terjaga, hindari sikap dan
perbuatan tidak terpuji, misalnya yang tertulis dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 12 yang berbunyi :
Hai orang orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
Di dalam ayat tadi
terkandung tiga larangan, yakni :
1.
Larangan terhadap purbasangka, karena sebagian
purbasangka itu dosa yakni perasangka buruk yang tak berdasar. Adapun
persangkaan yang berdasar yang digunakan sebagai indicator (ciri-ciri) bagi
suatu penyelidikan. Maka itu tidak berdosa.
2.
Mencari-cari keburukan orang lain. Mestinya,
cari saja aib diri sendiri, untuk kemudian diperbaiki.
3.
Menggunjing, yakni menyebut-nyebut keburukan
orang lain.
Ketiganya
bisa meretakkan persaudaraan, sehingga Allah melarangnya. Dan masih banyak
hal-hal lain yang bisa meretakkan persaudaraan yang perlu kita hindari.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah! Mari kita galang ukhuwwah kita dengan bershilaturrahim,
serta menjauhi hal-hal yang bisa meretakkan persaudaraan agar ukhuwwah tetap
terjalin. Insyaallah dengan shilaturrahim, ukhuwwah kita akan semakin erat dan
tetap terjaga. Amin.
No comments:
Post a Comment