Thursday, 12 March 2015

ragam gerak tari


SENI BUDAYA KELAS X

 Ragam gerak tari gaya Surakarta berdasar Konsep Hasta Suwanda :
  1. Pacak
Pacak berarti solah tingkah kang dgawe becik,menganggo apik,artinya segala tingkah laku yang dibuat bagus,dan mengenakan sesuatu secara tepat. Pacak dalam hal ini berarti teknik karakter yang berujud fisik yang dikenakan pada penari untuk membawakan karakter tertentu. Dalam membawakan atau memerankan karakter tertentu tidak lapas dari interpretasi terhadap peran yang dibawakan. Oleh karena penari dalam ekspresinya melalui gerak maka interpretasi dari karakter itu diujudkan dalam pola/bentuk gerak tertentu serta kualitas gerak tertentu untuk mewujudkan karakter yang dibawakan.
  1. Pancat
Dalam bahasa Indonesia diinjak,hal ini dapat dianalogkan dalam konsep tari Hastha Sawanda berarti yang tiap pijakan dalam tiap-tiap sekaran merupakan teknik hubungan seluruh medium gerak yang menjadi satu kesatuan utuh. Apabila dirinci tiap tarian terdiri dari beberapa sekaran yang merupakan satu kesatuan utuh untuk mengungkapkan suatu bentuk estetik kepada penikmat seni.antara sekaran yang satu dengan sekaran yang lain pada pemangku irama tertentu pelaksanaannya dibutuhkan suatu teknik penggabungan yang terampil sehingga tidak kelihatan adanya janggalan dalam melakukan gerak. Peralihan gerak oleh penari diperhitungkan dalam tempo dan pada irama tertentu sehingga terasa enak dilihat dan dilakukan.
  1. Lulut
Kata lulut menurut Kamus Bausastra Jawa oleh S. Pawiroatmojo berarti laras atau selaras,bila ditarik benang merah dengan konsep tari Hastha Sawanda berarti teknik tubuh yang bergerak yang mewadahi,artinya gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tubuh sebagai media untuk menyampaikan ide estetik yang ada pada satu bentuk ciptaan karya tari,yang sampai bukan teknik tubuh itu sendiri melainkan esensi tari yang sampai pada penikmat seni.
  1. Luwes
Luwes dalam bergerak artinya apapun yang dilakukan atau bentuk-bentuk gerak yang dilakukan menjadi baik dalam arti kualitas geraknya. Titik berat konsep luwes dalam Hastha Sawanda terletak pada kreativitas menemukan jati diri tiap-tiap orang secara khusus. Selain itu gerak yang dibawakan sesuai dengan karakter yang tertentu dengan menggunakan pola-pola gerak yang tidak terlihat janggal,enak dipandang.
Luwes dalam konsep Hastha Sawanda juga berarti kualitas gerak yang yang dihasilkan mampu mewadahi ide estetik dengan teknik gerak yang dipilih serta pelaksanaan gerak mengalir tanpa terbebani,gerak itu sudah menyatu dengan penarinyasehingga yang muncul bukan penari perorangan melainkan tari itu sendiri yang berkomunikasi dengan penikmat seni.
  1. Ulat
Ulat dalam konsep tari Hastha Sawanda berarti pandangan mata serta ekspresi wajah yang mendukung pembawaan karakter. Konsep pandangan mata pada tari tradisi gaya surakarta merupakan indikasi karakter tertentu yang diikuti ekspresi wajah serta bentuk rias yang disaputkan pada wajah. Tebal dan tipisnya rias bias menentukan polatan atau pandangan mata. Pada tari tradisi gaya Surakarta bentuk polatan mata ada 2 yaitu putri luluh dengan pandangan mata diagonal kebawah (karakter halus) dan putri lanyap dengan pandangan mata lurus kedepan (karakter agresif).
Pada tari putra gaya Surakarta juga ada 2 karakter putra lanyap dalam menentukan arah pandangan mata yaitu putra luruh dan putra lanyap atau longok.
  1. Wiled
Wiled merupakan teknik gerak kreatif dari seorang penari yang berujud variasi gerak sesuai dengan kamampuan penari,atau juga penari yang kreatif dalam menyajikan gerakan dengan teknik gerak khas pada diri penari itu sendiri. Wiled setiap penari akan mewujudkan rasa tersendiri maskipun sama motif gerak yang dilakukan oleh penari lain. Contoh sama- sama bentuk entragan tetapi akan lain rasanya jika dilakukan dengan wiled yang berbeda.
  1. Gendhing
Gendhing dalam konsep tari Hastha Sawanda merupakan penguasaan iringan tari oleh setiap penari sehingga dapat dijadikan landasan untuk membangun interpretasi terhadap gerak maupun sebagai koridor teknik pelaksanaan gerak yang diharapkan dapat memenuhi salah satu unsur untuk mencapai teknik estetik. Seorang penari mampu menafsirkan “rasa” gendhing yang dipergunakan untuk mentransformsikan kedalam “ rasa gerak “ penari dengan menggunakan interpretasi serta ketrampilan yang dimilikl sehingga karya ciptaan menjadi utuh. Penari juga harus mampu menafsirkan jiwa gendhing yang mengiringinya,hal ini karena semangat atau jiwa yang hidup muncul dalam teknik yang disajikanoleh penari dengan segala kemampuandan ketrampilan terutama interpretasi untuk menciptakan bentuk dan pola gerak yang sesuai dengan jiwa gendhing. Konsep gendhing didalamnya juga tercakup lagu yang menunjukan pada pola tabuhan, irama, laya (tempo), rasa seleh,kalimat lagu dan juga penguasaan tembang maupun narasi yang digunakan. Seorang penari diusahakan mampu menggunakan lagu sebagai sarana untuk menciptakan penghematan gerak sehingga rasa gerakakan mudah diciptakannya.

8.       Irama
Irama dalam konsep Hastha Sawanda yaitu menggunakan gendhing sebagai medium untuk mewujudkan alur garap tari keseluruhan. Dalam menggunakan gendhing yang menunjuk hubungan gerak diperlukan teknik pelaksnaan seperti nudak,nujah,nggandhul,mungkus,kontras,sejajar,cepat,dan lain-lain. Teknik gerak ini penting dikuasai penari untuk mewujudkan bentukdinamik (estetik)secara keseluruhan.

2)      Ragam gerak tari gaya Surakarta berdasar jenis, makna simbolis, dan nilai estesis :
1. Gerak Ragam gerak tari Jawa gaya Surakarta cenderung berorentasi pada alam dan pertanian baik nama posisi gerak tari maupun nama sekaran misalnya posisi tanjak ndorantinangi, anmgranangkung dan singkal mager timun. Pada sekaran tari ada nama-nama nggrageh lung, merak kasimpir, gajah ngoling, menthokan, mucang kanginan, manteng gambol, ombak banyu, ngalap sari, dan sebagainya. Beberapa gerak alam yang disetilir menjadi ragam ada yang sifatnya gerak alam yang diambil esensinya, misalnya: mucang kanginan, dan merak kasimpir. Sekalipun bentuknya adalah peniruan terhadap alam tetapi yang lebih penting, penari harus mengerti dan mampu menafsirkan esensi dari benda-benda alam tersebut lalu ditranformasikan dalam bentuk ragam gerak tari, lalu dihidukan dalam dirinya menjadi greget yang menimbulkan rangsangan magnit pada penonton (K.R.T. Tondokusumo S. Maridi, wawancara 12 januari 2002 ). Bila penari tidak mengenali sifat-sifat gerak atau esensi benda alami tersebut penari akan kesulitan memberi muatan nilai estetis yang sesuai dengan tututan tradisi dalam tari Jawa gaya surakarta pada umumnya.
2. Gandar dan Karakter Gandar ialah dedeg-piadeg penari atau postur tubuh penari sesuai dengan wanda peran atau perwatakan peran tari Jawa yang akan dibawakan. Gandar dalam tari Jawa berorentasi pada wanda wayang purwa misalnya: putri luruh, contohnya wayang Sembadra, Sinta, putri alus layap contohnya Srikadhi, Mustakaweni, Larassati, Putra alus luruh, Harjuna, Abimanyu, putra alus lanyap seperti Kresna, Samba, Adipatikarna, dan lain sebagainya. Gandar selain dilihat dari idealisme tubuh penari (mungguh), juga diperhitungkan guwaya dan pasemonnya. Istilah dalam tari Jawa duwe urup (punya api) yang hidup sekalipun tidak dalam saat menari. Gandar adalah ukuran ideal berdasarkan tokoh wayang purwa yang digunakan untuk menentukan dapukan atau pilihan jenis spesialisasi tari yang akan dipelajari atau yang akan di bawakan. Seperti; badan langsing kulit bersih (kuning) tidak suka tertawa, akan lebih tepat menjadi Harjuna, badan langsing kulit bersih dan lincah pandai berbicara ia akan lebih tepat bila dijadikan Srikandhi, badan kekar tinggi besar orangnya lincah dan suka berkelakar akan lebih tepat penari jenis agal prengesan seperti Burisrawa, Dursasana. Tari Jawa dibagi dalam tiga karakter pokok yaitu putri, putra alus/halus, dan putra agal /gagah. Karakter putri dibagi dalam tiga wilayah yaitu putri luruh (Sembadra, Sinta ) putri lanyap (Srikandhi, Larassati, Mustakaweni), dan putri dagel seperti Raseksi, Cangik). Karakter alus dibagi empat bagian yaitu alus luruh (Harjuna, Rama, Abimanyu) alus lanyap ( Samba, Karana, Kresna ), alus dagel (Lasmana Mandra Kumara), dan alus mandya taya. Madya taya mestinya berdiri sendiri tetapi dalam karakterisi dimasukan dalam kelompok alus (Duryudana- Salya, Mahesa Wongateleng). Putra agal/gagah dibagi dalam beberapa bagian yaitu gagah antep, gagah ampang, dan bapangan. Gagah antep dibagi dua yaitu kalang-kinantang seperti (Gatutkaca, Dasamuka) dan kambengan antep seperti (Bima., Antarja, Setiyaki), gagah ampang dibagi dua yaitu bapang kasatriyan biasa untuk raksasa satria (Cakil) dan raksasa kecil (Buta glundung) dan bapang jeglong digunakan untuk karakter raksasa besar yang tidak menggunakan jungkir balik seperti Kumbakarna, Newatakawaca. Selain tiga karakter pokok masih ada karakter tambahan seperti Dewa, Panakawan dan Setanan. Karakter tersebut diatas disesuaikan dengan wanda para wayang purwa. Jenis tari Gaya Surakarta terdiri dari beberapc jenis tarian misalnya seperti tari: Golek, Gambyongan, Gandrungan, Pasihan, Wireng, Srimpi, Bedaya, Beksan (tari tunggal), dan garapan (sendratari langendriyan, wayang wong dan wayang topeng). Golek termasuk jenis tari untuk tari anak-anak atau pemula. Gambyong jenis tari remaja dan menjadi dasar gerak tari suka ria. Gandrungan jenis tari percintaan tunggal seperti Gatutkaca Gandrung, Pasihan jenis percintaan berpasangan seperti karonsih dan enggar-enggar. Wireng jenis tarian perangan atau kesatiyaan seperti Bugis Kembar, watang, srimpi dan Bedaya merupakan jenis khusus tari kraton.
3. Simbolisme dalam tari Jawa Tari Jawa Gaya Surakarta merupakan salah satu bentuk budaya yang bersumber dari kraton yang di latar belakangi oleh konsep kenegaraan Dewa Raja. Bila ditilik lebih dalam, pelaksanaan perjalanan tari-tari Kraton penuh dengan simbol-simbol, dari wujud kelengkapan, sesaji, tempat pergelaran, gerak tari, hingga jumlah penarinya. Kesemuanya berkaitan atau memiliki makna simbol. Menurut Van Peursen tentang simbol mengatakan:
Simbol bagi manusia merupakan pengejawantahan dari belajar manusia. Dengan simbol-simbol manusia dapat menemukan arah perbuatannya dan memberikan keterangan-keterangan tentang pergetahuan dunia. Proses belajar manusia dilakukan melalui bahasa, dalam arti luas bahasa adalah alat komunikasi yang bersifat arbriter/mana suka atau segala bentuk lambang seperti kata, gambar, isyarat, gerak atau tari-tarian (Peursen. 1976...)
Ahli filsafat, Ernst Cassirer, mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum, binatang yang mengenal simbol. Secara biologis manusia termasuk jenis binatang menyusui (mamalia), meskipun demikian manusia berbeda dengan binatang karena kemampuannya melakukan simbolisasi. Manusia adalah makhluk yang mampu menggunakan, mengembangkan, menciptakan, lambang-lambang untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Melalui lambang-lambang pula manusia menanggapi lingkungannya (Ahimsa, 2002:2). Kebudayaan Jawa banyak mengenal simbol-simbol yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah melalui seni tari. Pada jaman Hindu tari-tarian yang ada dipercaya sebagai ciptaan dewa yaitu dewa Shiva. Pengaruh ini sangat besar dalam kehidupan seni di kraton-kraton Jawa, mulai dari perangkat peribadatan sampai pada tari klasiknya (Sedyawati, 1997:163). Salah satu contohnya adalah Tari Bedaya yang hidup di lingkungan kraton mempunyai beberapa fungsi yang penting terkait dengan upacara kebesaran raja, upacara penobatan raja dan upacara resmi kerajaan. Tari Bedaya dianggap memiliki nilai sakral, gaib dan dianggap sebagai pusaka kerajaan yang adhi luhung. Tari Bedaya di lingkungan kraton sifatnya tertutup, artinya bahwa tari Bedaya hanya bisa dipergelarkan di lingkungan kreton dan hanya untuk kepentingan-kepentingan kraton, pengertian ini mengandung maksud bahwa dengan nilai simbolik (sakral) tari bedaya tidak boleh di pentaskdn atau di pelajari oleh masyarakat umum di luar kraton.
3)      Konsep dan prosedur pergelaran tari :
1. menentukan tema yang akan diangkat Tema ini merupakan gagasan awal suatu karya tari. Gagasan dapat bersumber dari pengalaman sendiri / orang lain, imajinasi dan kreativitas, kebudayaan masa lampau. Macam – macam tema antara lain:
a. heroic / kepahlawanan adalah tari yang menggambarkan kepahlawanan
b. erotic / percintaan adalah karya tari yang menggambarkan kisah percintaan
c. imitative / totemitis adalah karya tari yang menirukan gerak binatang dan alam
d. pantomime / mimitis adalah tarian yang menirukan gerakan orang / aktivitas seseorang
e. dramatic / menggunakan cerita adalah tari yang mempunyai latar belakang cerita dan dalam penyajiannya juga menggunakan cerita
f. tema non dramatic / tidak menggunakan cerita adalah karya tari yang dalam penyajiannya tidak menggunakan cerita atau bukan merupakan bagian dari suatu cerita tetapi menggambarkan sesuatu.
2. memberikan judul judul merupakan buah hasil dari gagasan tema yang direncanakan sehingga dapat menggambarkan isi di dalamnya. Pemberian judul ini dilakukan dengan member nama pada karya yang akan dipentaskan.
3. mengeksplorasi gerakan mengeksplorasi gerakan dengan melihat pada komposisi yang sudah ada sebelumnya atau pun dengan menggali dengan imajinasi dan pengalaman – pengalaman estetik yang ada.
4. menyusun gerakan dalam menyusun gerakan terdapat beberapa hal yang dilakukan antara lain :
a. eksplorasi adalah suatu usaha pencarian perbendaharaan gerak dengan berbagai cara.
b. Improvisasi merupakan seleksi awal menuju gerak tari yang diinginkan. Cirri utama improvisasi adalah spontanitas, karena dalam improvisasi terdapat kebebasan yang lebih.
c. Komposisi adalah proses pengembangan kreativitas yaitu pembuatan tari
d. Tehnik evaluasi adalah penilaian pada unsure – unsure pembentuk tari. Evaluasi melalui criteria antara lain : Gerak mempunyai makna dan relevansi gagasan terbentunya tari Gerak begitu menarik dan mempunyai aksi yang orisinal, dinamis dan berpola ruang Gerak mempunyai potensi untuk dikembangkan
e. Evaluasi bentuk Evaluasi bentuk terfokus pada aspek perubahan dan penghalusan dalam kontruksi desain ruang dan waktu. Kontruksi desain ruang terdiri dari penentapan ukuran dan wujud ruang serta penentapan pola ruang melalui sedain wujud, tubuh, lantai, atas, level dan ekstensi. Sedangkan waktu terdiri dari frase seksi dan transisi, tampak dan selang – seling, variasi pengembangan dan variasi motif untuk menciptakan pengulangan serta aspek – aspek pendukung lainnya.
5. menentukan pola lantai pola lantai adalah arah hadap serta garis penari pada  waktu penyajian sebuah tarian, baik tunggal, berpasangan atau kelompok.
6. menentukan konsep music pengiring tari music pengiring adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan dari alat music atau oleh tubuh manusia yang dipakai sebagai pengiring dan berfungsi sebagai pendukung suasana.
7. menentukan tat arias, tata busana dan property kostum atau busana tari adalah semua kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh penari di atas pentas yang sesuai dengan peranan yang dibawakan.tata busana dalam tari harus sesuai dengan konsep garapan yang akan ditampilkan baik desain maupun warnanya hal yang perlu diperhatikan dalam penataan busana antara lain : memperhitungkan efek lampu serta penyusunan komposisi warna kemunkinan terhadap penyesuaian gerak penari dengan karakter dan peranannya harus memperhitungkan panggung dan penonton pada prinsipnya kostum tari tidak bisa dipisahkan dengan tata rias fungsi kostum dan tat arias adalah : member nilai keindahan dan kesopanan dalam kepenarian membentuk perwatakan tokoh penari alat pelengkap penari identitas karakter penari
a. kostum dan tata rias pemilihan kostum harus disesuaikan dengan tema tari. Pilhan warna penataan jangan sampai mengganggu penari dan tema tari dan disesuaikan dengan watak penari. Rias busana seni tari ada dua yaitu rias busana tradisi, klasik dan rias busana untuk tari kreasi , komtemporer
b. property tari adalah benda – benda atau peralatan yang digunakan penari pada waktu manari. Property dapat berupa senjata dan non senjata. Senjata berupa gada, tombak, keris, cundrik, alugara, panah, nyenyep dll. Non senjata adalah sampur, piring, lilin, paying, boneka, bokor, dll.
c. Assesories tari Adalah pelengkap busana berupa perhiasan misalnya giwang, kalung, cincin, gelang, bros, binggel dll. Untuk hiasan rambut cunduk jungkat, cunduk mentul , penetep dll
8. mesetting panggung dan tata lampu hal ini penting untuk memperkuat gagasan yang diangkat melalui karya tari tersebut, memperindah tempat pementasan, pendukung suasana, dan memberikan rangsangan rasa pada penari maupun penikmat.perlunya perhitungan jarak antar penari dan penonton serta efek cahaya di dalam pentas sangat penting karena sangat mempengaruhi jalannya pementasan. Tempat pagelaran dapat dibagi 2 yaitu tempat pagelaran in door ( dalam ruangan contohnya aula, ruang kelas dll) dan tempat pagelaran out door( diluar ruangan / di luar gedung / tempat terbuka contohnya lapangan, halaman sekolah dll )
9. naskah tari Naskah tari adalah tulisan yang berisi konsep garapan tari . dalam konsep garapan tari terdapat latar belakang karya tari, deskripsi karya tari, dan alur cerita yang direfleksikan melalui gerakan tubuh. Secara lengkap konsep garapan tari memuat antara lain: judul karya tari, latar belakang, tujuan, synopsis, durasi, uraian gerak ( yang berisi penjelasan urutan rangkaian gerak tari, komposisi tari, dan penggunaan hitungan atau syair lagu) desain iringan desain tat arias busana desain tata artistic (cahaya, suara, dan tata panggung)

4)      Kritik tari berdasarkan jenis, makna simbolis, nilai estesis dan fungsi :
1.Pengertian Seni Ada lima hal yang terkandung dalam pengertian seni, yaitu seni sebagai: kemahiran (skill), kegiatan manusia (human activity), karya seni (work of art), seni indah (fine art), seni penglihatan (visual art) (The Liang Gie dalam Setya Widyawati, 2003: 20-21). Pembahasannya sebagai berikut:
• Seni sebagai suatu kemahiran : seni dalam artinya yang paling dasar berarti suatu kemahiran atau kemampuan. Dikemukakan oleh William Flemming.
 • Seni sebagai kegiatan manusia :
a. Kegiatan manusia yang sadar melalui tanda-tanda tertentu. Dikemukakan oleh Leo Tolstoy.
b. Kegiatan manusia yang menciptakan realita baru dengan perasaannya melalui perlambang/kiasan microkosmos sebagai manifestasi macrocosmos. Dikemukakan oleh Erich Kahler.
• Seni sebagai produk dari proses aktivitas manusia dalam seni :
a. Kegiatan yang dirancang untuk mengubah bahan alamiah menjadi benda-benda alam. Dikemukakan oleh Raymon Piper.
b. Dalam arti yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibuat oleh manusia untuk dilawankan dengan benda-benda dari alam. Dikemukakan oleh Hospers.
• Seni indah : berkaitan dengan pembuatan benda-benda dengan kepentingan estetis.
• Seni visual adalah suatu karya seni yang khusus dilihat mata, seperti lukis, pahat, patung dll.
Selain itu, ada beberapa tokoh yang mendefinisikan seni sebagai berikut:
• Ki Hajar Dewantara: segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya yang bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (Sudarso Pringgobroto, 1990: 2).
• Suwaji Bastomi: seni merupakan hasil kreativitas penciptanya, yang terwujud dalam bentuk kreasi dari hasil pengolahan yang kreatif.
2.Fungsi seni Dra. Widia Pakerti, Ppd dkk memaparkan fungsi seni sebagai berikut:
• Langsung
a. Media ekspresi Kesenian sebagai sebuah karya cipta, rasa dan karsa manusia yang mentransformasikan pengalaman batin atau jiwa melalui media ungkap yang dipilih antara lain: gerak, rupa, suara. Sebagai salah satu upaya pengungkapannya adalah dengan cara mengolah (dibesut, distilir, digarap, ditata) media ungkapnya sehingga menjadi benda seni (karya seni/karya cipta/hasil ciptaan/hasil kreatifitas) yang mempunyai muatan estetis (keindahan) untuk disampaikan kepada penonton agar bisa ditanggapi ataupun dihayati. Kreator (pencipta/penata/penggarap) dalam mengapresiasikan pengalamannya memilih media pengungkapannya yang dianggap relevan melalui selektifitasnya sendiri. Setiap kreator memiliki proses kreatif yang tidak sama, masing-masing memiliki cara sendiri-sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip ataupun metoda yang dipilih, tetapi secara garis besar proses kreatif tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
o Pengalaman empiris
Merupakan serangkaian kegiatan kehidupan yang memberikan pengaruh terhadap individu sehingga berbagai pengalaman yang menarik bagi pribadinya tersimpan dalam sanubarinya.
o Pengendapan
Merupakan sebuah proses kristalisasi berbagai pengalaman hidup yang telah didapatkan dan masuk dalam sanubarinya sehingga mampu mempengaruhi individu untuk selalu mengenang sesuatu yang menyentuh sanubarinya.
o Perenungan
 Merupakan suatu proses merenungkan segala angan-angan yang berasal dari pengalaman empirisnya, yang kemudian telah mengalami proses pengendapan sekian lama sehingga kemudian akan menghasilkan sebuah ide gagasan tentang kekaryaan.
o Penuangan/transformasi/eksplorasi
Merupakan suatu proses mengekspresikan hasil dari pengalaman empiris, proses pengendapan dan proses perenungan menjadi sebuah proses penggarapan dengan menggunakan media yang dipilih sehingga nantinya dapat menghasilkan/mewujudkan sebuah hasil karya baru.
b. Media komunikasi Kesenian sebagai sebuah karya kreatif tentu akan dikomunikasikan kepada orang lain. Sehingga mereka dapat mengetahui hal-hal tentang kekaryaan tersebut yang ingin diinformasikan atau dikomunikasikan, misalnya tentang latar belakang kekaryaan/penggarapan, proses penggarapan, ide yang diungkapkan, upaya penyajiannya dan lain-lain. Para penonton/penikmat/penghayat/apresiator bisa memperhatikan segala hal yang ada sebagai muatan isi kekaryaan. Apabila terjadi respon dari penonton, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi antara karya seni yang disajikan dengan penonton.
c. Media bermain Masa anak-anak nampaknya merupakan masa bermain yang paling menonjol, karena hampir setiap anak-anak tak pernah berhenti dari kegiatan bermain. Oleh karena itu kegiatan maupun bentuk kesenian untuk anak-anak lebih tepat dengan pola-pola ataupun bentuk kesenian yang bernuansa bermain.
• Tak langsung
 a. Media Pendidikan Setiap karya seni pasti mempunyai aspek pendidikan, karena dalam sebuah karya seni banyak mengandung aspek nilai yang hendak diinformasikan kepada penonton. Transformasi nilai yang ada pada sebuah karya seni dapat bermacam-macam sesuai dengan muatan yang ada, melalui simbol pengungkapan yang dengan sengaja digarap oleh penciptanya atau kreatornya dengan maksud dapat ditangkap oleh penonton. Kesenian sebagai media pendidikan ditujukan untuk: - Pengembangan kemampuan dasar.
 • Fisik Gerak sebagai salah satu unsur dasar dari seni tari dan merupakan media ungkap seni tari, memberikan andil yang sangat besar dalam perkembangan fisik anak-anak. Khususnya dalam perkembangan motoriknya. • Serap Berlatih menari akan meningkatkan kemampuan daya serap anak pada berbagai hal yang terjadi dilingkungannya.
 • Pikir Seni dapat meningkatkan kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir anak.
• Emosi Seni adalah ungkapan / ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui berbagai media. Ekspresi jiwa ini yang kita sebut sebagai emosi. Bisa berupa rasa senang, marah, sedih dan sebagainya.
• Cipta Kegemaran bermain pada anak-anak seringkali menghadirkan suara-suara maupun gerak-gerak tubuh yang indah dan ekspresif dengan gaya yang spesifik. Perilaku ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk berkreasi. Hal ini menunjukkan bahwa berolah seni dapat meningkatkan kemampuan daya cipta anak.
• Estetika Seni tidak bisa terlepas dari Estetika atau keindahan. Melalui seni, kita dapat meningkatkan kemampuan kita memahami tentang estetika/keindahan dan mengekspresikannya melalui karya yang mempunyai nilai esstetika tinggi. - Pengembangan bakat. Melalui seni kita dapat mengetahui bakat anak dalam bidang tertentu (rupa, gerak, suara dan lain-lain). Kemudian kita juga dapat mengembangkan bakat tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas diri anak tersebut.
Menurut Gray A. Judith, peran penting pendidikan seni pada anak adalah sebagai berikut:
 a. Seni adalah dasar untuk berkomunikasi Kesenian mengajarkan suatu cara lain untuk berinteraksi, mengungkapkan pikiran, emosi atau aspirasi seseorang. Misalnya tari, ungkapan gerak merupakan bahasa non verbal yang dikomunikasikan seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
b. Seni membantu siswa membangun kreativitas dan bakat-bakat kreatifnya Kesenian memberikan ruang yang luas kepada seseorang untuk berimajinasi kreatif dan mengembangkan kreativitas melalui proses kesenian. Di dalam penelitian Gray dibuktikan bahwa siswa yang mempelajari kesenian pada umumnya memperlihatkan orisinalitas dan kreativitas dalam hal lain (Gray, 1989: 86-88).
c. Mempelajari seni juga membantu siswa memahami pelajaran yang lain. Kesenian memberikan pemahaman bagi cara berpikir yang berbeda, maka mempelajari kesenian dapat membantu siswa belajar memecahkan masalah dalam memahami mata pelajaran yang lain.
d. Mempelajari seni adalah jalan terbaik untuk memahami peradaban manusia. Seni merupakan bagian yang sangat penting dari peradaban manusia serta mencerminkan latar belakang pencipta-penciptanya. Oleh karena itu seni memberikan ruang kepada siswa untuk berkomunikasi langsung dengan masa lalu dan mengantar wawasan siswa ke masa depan.
e. Mempelajari seni mambantu siswa membangun disiplin. Belajar kesenian para siswa belajar tentang disiplin diri, seperti disiplin berlatih bidang kesenian yang dipilihnya, yang juga berpengaruh pada disiplin dirinya di dalam kehidupan sehari-hari.
 f. Mempelajari seni di sekolah membantu siswa mempersiapkan masa depannya. Dengan mempelajari kesenian, para siswa dapat mengembangkan bakat dan minatnya untuk memilih karirnya di masa mendatang. Tidak terbatas menjadi seorang seniman, tetapi bidang pekerjaan lain yang terkait.
g. Mempelajari seni membantu siswa menumbuhkan penilaian artistik (artistic judgement). Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali diperlukan penilaian artistik seperti pemilihan warna, tekstur, pola, urutan gerakan, garis dan sebagainya (Gray, 1989: 86-88). Dengan demikian, kesenian termasuk seni tari mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga perlu diwujudkan dengan serius sebagai bagian integral dalam pembelajaran/stimulasi sejak dini.
3. Hakekat seni : ‘keadilan’. Ajaran keadilan tersebut akan dapat diketemukan dalam bentuk-bentuk kesenian seperti seni rupa, musik, teater maupun tari, dimana di dalamnya terdapat konsep balance atau keseimbangan, entah berupa bentuk, warna maupun ruang. Dari sinilah sebenarnya letak hakekat kesenian yang secara tidak langsung menuntut pada sikap para seniman untuk merefleksikan keseimbangan, yang bisa diartikan sebagai keadilan, di dalam masyarakat luas. Pengertian bahwa seniman merupakan ‘kontrol sosial’ adalah seniman sebagai pembela nilai-nilai kemanusiaan. Seniman harus mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan di sekitarnya. Dengan kata lain, kehadiran kesenian sebagai sarana ‘memanusiakan manusia’ lewat keseimbangan, keselarasan, dan keadilan yang dikandungnya.

No comments:

Post a Comment