SENI BUDAYA KELAS X
Ragam gerak tari gaya Surakarta
berdasar Konsep Hasta Suwanda :
- Pacak
Pacak
berarti solah tingkah kang dgawe becik,menganggo apik,artinya segala tingkah
laku yang dibuat bagus,dan mengenakan sesuatu secara tepat. Pacak dalam hal ini
berarti teknik karakter yang berujud fisik yang dikenakan pada penari untuk
membawakan karakter tertentu. Dalam membawakan atau memerankan karakter
tertentu tidak lapas dari interpretasi terhadap peran yang dibawakan. Oleh
karena penari dalam ekspresinya melalui gerak maka interpretasi dari karakter
itu diujudkan dalam pola/bentuk gerak tertentu serta kualitas gerak tertentu
untuk mewujudkan karakter yang dibawakan.
- Pancat
Dalam bahasa
Indonesia diinjak,hal ini dapat dianalogkan dalam konsep tari Hastha Sawanda
berarti yang tiap pijakan dalam tiap-tiap sekaran merupakan teknik hubungan
seluruh medium gerak yang menjadi satu kesatuan utuh. Apabila dirinci tiap
tarian terdiri dari beberapa sekaran yang merupakan satu kesatuan utuh untuk
mengungkapkan suatu bentuk estetik kepada penikmat seni.antara sekaran yang
satu dengan sekaran yang lain pada pemangku irama tertentu pelaksanaannya
dibutuhkan suatu teknik penggabungan yang terampil sehingga tidak kelihatan
adanya janggalan dalam melakukan gerak. Peralihan gerak oleh penari
diperhitungkan dalam tempo dan pada irama tertentu sehingga terasa enak dilihat
dan dilakukan.
- Lulut
Kata lulut
menurut Kamus Bausastra Jawa oleh S. Pawiroatmojo berarti laras atau
selaras,bila ditarik benang merah dengan konsep tari Hastha Sawanda berarti
teknik tubuh yang bergerak yang mewadahi,artinya gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh tubuh sebagai media untuk menyampaikan ide estetik yang ada pada satu bentuk
ciptaan karya tari,yang sampai bukan teknik tubuh itu sendiri melainkan esensi
tari yang sampai pada penikmat seni.
- Luwes
Luwes dalam
bergerak artinya apapun yang dilakukan atau bentuk-bentuk gerak yang dilakukan
menjadi baik dalam arti kualitas geraknya. Titik berat konsep luwes dalam
Hastha Sawanda terletak pada kreativitas menemukan jati diri tiap-tiap orang
secara khusus. Selain itu gerak yang dibawakan sesuai dengan karakter yang
tertentu dengan menggunakan pola-pola gerak yang tidak terlihat janggal,enak
dipandang.
Luwes dalam
konsep Hastha Sawanda juga berarti kualitas gerak yang yang dihasilkan mampu
mewadahi ide estetik dengan teknik gerak yang dipilih serta pelaksanaan gerak
mengalir tanpa terbebani,gerak itu sudah menyatu dengan penarinyasehingga yang
muncul bukan penari perorangan melainkan tari itu sendiri yang berkomunikasi
dengan penikmat seni.
- Ulat
Ulat dalam
konsep tari Hastha Sawanda berarti pandangan mata serta ekspresi wajah yang
mendukung pembawaan karakter. Konsep pandangan mata pada tari tradisi gaya
surakarta merupakan indikasi karakter tertentu yang diikuti ekspresi wajah
serta bentuk rias yang disaputkan pada wajah. Tebal dan tipisnya rias bias
menentukan polatan atau pandangan mata. Pada tari tradisi gaya Surakarta bentuk
polatan mata ada 2 yaitu putri luluh dengan pandangan mata diagonal kebawah
(karakter halus) dan putri lanyap dengan pandangan mata lurus kedepan (karakter
agresif).
Pada tari
putra gaya Surakarta juga ada 2 karakter putra lanyap dalam menentukan arah
pandangan mata yaitu putra luruh dan putra lanyap atau longok.
- Wiled
Wiled
merupakan teknik gerak kreatif dari seorang penari yang berujud variasi gerak
sesuai dengan kamampuan penari,atau juga penari yang kreatif dalam menyajikan
gerakan dengan teknik gerak khas pada diri penari itu sendiri. Wiled setiap
penari akan mewujudkan rasa tersendiri maskipun sama motif gerak yang dilakukan
oleh penari lain. Contoh sama- sama bentuk entragan tetapi akan lain rasanya
jika dilakukan dengan wiled yang berbeda.
- Gendhing
Gendhing dalam
konsep tari Hastha Sawanda merupakan penguasaan iringan tari oleh setiap penari
sehingga dapat dijadikan landasan untuk membangun interpretasi terhadap gerak
maupun sebagai koridor teknik pelaksanaan gerak yang diharapkan dapat memenuhi
salah satu unsur untuk mencapai teknik estetik. Seorang penari mampu
menafsirkan “rasa” gendhing yang dipergunakan untuk mentransformsikan kedalam “
rasa gerak “ penari dengan menggunakan interpretasi serta ketrampilan yang
dimilikl sehingga karya ciptaan menjadi utuh. Penari juga harus mampu
menafsirkan jiwa gendhing yang mengiringinya,hal ini karena semangat atau jiwa
yang hidup muncul dalam teknik yang disajikanoleh penari dengan segala
kemampuandan ketrampilan terutama interpretasi untuk menciptakan bentuk dan pola
gerak yang sesuai dengan jiwa gendhing. Konsep gendhing didalamnya juga
tercakup lagu yang menunjukan pada pola tabuhan, irama, laya (tempo), rasa
seleh,kalimat lagu dan juga penguasaan tembang maupun narasi yang digunakan.
Seorang penari diusahakan mampu menggunakan lagu sebagai sarana untuk
menciptakan penghematan gerak sehingga rasa gerakakan mudah diciptakannya.
8. Irama
Irama dalam
konsep Hastha Sawanda yaitu menggunakan gendhing sebagai medium untuk
mewujudkan alur garap tari keseluruhan. Dalam menggunakan gendhing yang
menunjuk hubungan gerak diperlukan teknik pelaksnaan seperti
nudak,nujah,nggandhul,mungkus,kontras,sejajar,cepat,dan lain-lain. Teknik gerak
ini penting dikuasai penari untuk mewujudkan bentukdinamik (estetik)secara
keseluruhan.
2) Ragam gerak tari gaya Surakarta
berdasar jenis, makna simbolis, dan nilai estesis :
1. Gerak Ragam
gerak tari Jawa gaya Surakarta cenderung berorentasi pada alam dan pertanian
baik nama posisi gerak tari maupun nama sekaran misalnya posisi tanjak
ndorantinangi, anmgranangkung dan singkal mager timun. Pada sekaran tari ada
nama-nama nggrageh lung, merak kasimpir, gajah ngoling, menthokan, mucang
kanginan, manteng gambol, ombak banyu, ngalap sari, dan sebagainya. Beberapa
gerak alam yang disetilir menjadi ragam ada yang sifatnya gerak alam yang
diambil esensinya, misalnya: mucang kanginan, dan merak kasimpir. Sekalipun
bentuknya adalah peniruan terhadap alam tetapi yang lebih penting, penari harus
mengerti dan mampu menafsirkan esensi dari benda-benda alam tersebut lalu
ditranformasikan dalam bentuk ragam gerak tari, lalu dihidukan dalam dirinya
menjadi greget yang menimbulkan rangsangan magnit pada penonton (K.R.T.
Tondokusumo S. Maridi, wawancara 12 januari 2002 ). Bila penari tidak mengenali
sifat-sifat gerak atau esensi benda alami tersebut penari akan kesulitan
memberi muatan nilai estetis yang sesuai dengan tututan tradisi dalam tari Jawa
gaya surakarta pada umumnya.
2. Gandar dan
Karakter Gandar ialah dedeg-piadeg penari atau postur tubuh penari sesuai
dengan wanda peran atau perwatakan peran tari Jawa yang akan dibawakan. Gandar
dalam tari Jawa berorentasi pada wanda wayang purwa misalnya: putri luruh,
contohnya wayang Sembadra, Sinta, putri alus layap contohnya Srikadhi,
Mustakaweni, Larassati, Putra alus luruh, Harjuna, Abimanyu, putra alus lanyap
seperti Kresna, Samba, Adipatikarna, dan lain sebagainya. Gandar selain dilihat
dari idealisme tubuh penari (mungguh), juga diperhitungkan guwaya dan
pasemonnya. Istilah dalam tari Jawa duwe urup (punya api) yang hidup sekalipun
tidak dalam saat menari. Gandar adalah ukuran ideal berdasarkan tokoh wayang
purwa yang digunakan untuk menentukan dapukan atau pilihan jenis spesialisasi
tari yang akan dipelajari atau yang akan di bawakan. Seperti; badan langsing
kulit bersih (kuning) tidak suka tertawa, akan lebih tepat menjadi Harjuna,
badan langsing kulit bersih dan lincah pandai berbicara ia akan lebih tepat
bila dijadikan Srikandhi, badan kekar tinggi besar orangnya lincah dan suka
berkelakar akan lebih tepat penari jenis agal prengesan seperti Burisrawa,
Dursasana. Tari Jawa dibagi dalam tiga karakter pokok yaitu putri, putra
alus/halus, dan putra agal /gagah. Karakter putri dibagi dalam tiga wilayah
yaitu putri luruh (Sembadra, Sinta ) putri lanyap (Srikandhi, Larassati,
Mustakaweni), dan putri dagel seperti Raseksi, Cangik). Karakter alus dibagi
empat bagian yaitu alus luruh (Harjuna, Rama, Abimanyu) alus lanyap ( Samba,
Karana, Kresna ), alus dagel (Lasmana Mandra Kumara), dan alus mandya taya.
Madya taya mestinya berdiri sendiri tetapi dalam karakterisi dimasukan dalam
kelompok alus (Duryudana- Salya, Mahesa Wongateleng). Putra agal/gagah dibagi
dalam beberapa bagian yaitu gagah antep, gagah ampang, dan bapangan. Gagah
antep dibagi dua yaitu kalang-kinantang seperti (Gatutkaca, Dasamuka) dan
kambengan antep seperti (Bima., Antarja, Setiyaki), gagah ampang dibagi dua
yaitu bapang kasatriyan biasa untuk raksasa satria (Cakil) dan raksasa kecil
(Buta glundung) dan bapang jeglong digunakan untuk karakter raksasa besar yang
tidak menggunakan jungkir balik seperti Kumbakarna, Newatakawaca. Selain tiga
karakter pokok masih ada karakter tambahan seperti Dewa, Panakawan dan Setanan.
Karakter tersebut diatas disesuaikan dengan wanda para wayang purwa. Jenis tari
Gaya Surakarta terdiri dari beberapc jenis tarian misalnya seperti tari: Golek,
Gambyongan, Gandrungan, Pasihan, Wireng, Srimpi, Bedaya, Beksan (tari tunggal),
dan garapan (sendratari langendriyan, wayang wong dan wayang topeng). Golek
termasuk jenis tari untuk tari anak-anak atau pemula. Gambyong jenis tari
remaja dan menjadi dasar gerak tari suka ria. Gandrungan jenis tari percintaan
tunggal seperti Gatutkaca Gandrung, Pasihan jenis percintaan berpasangan
seperti karonsih dan enggar-enggar. Wireng jenis tarian perangan atau
kesatiyaan seperti Bugis Kembar, watang, srimpi dan Bedaya merupakan jenis khusus
tari kraton.
3. Simbolisme
dalam tari Jawa Tari Jawa Gaya Surakarta merupakan salah satu bentuk budaya
yang bersumber dari kraton yang di latar belakangi oleh konsep kenegaraan Dewa
Raja. Bila ditilik lebih dalam, pelaksanaan perjalanan tari-tari Kraton penuh
dengan simbol-simbol, dari wujud kelengkapan, sesaji, tempat pergelaran, gerak
tari, hingga jumlah penarinya. Kesemuanya berkaitan atau memiliki makna simbol.
Menurut Van Peursen tentang simbol mengatakan:
Simbol bagi
manusia merupakan pengejawantahan dari belajar manusia. Dengan simbol-simbol
manusia dapat menemukan arah perbuatannya dan memberikan keterangan-keterangan
tentang pergetahuan dunia. Proses belajar manusia dilakukan melalui bahasa,
dalam arti luas bahasa adalah alat komunikasi yang bersifat arbriter/mana suka
atau segala bentuk lambang seperti kata, gambar, isyarat, gerak atau
tari-tarian (Peursen. 1976...)
Ahli filsafat,
Ernst Cassirer, mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum, binatang
yang mengenal simbol. Secara biologis manusia termasuk jenis binatang menyusui
(mamalia), meskipun demikian manusia berbeda dengan binatang karena
kemampuannya melakukan simbolisasi. Manusia adalah makhluk yang mampu
menggunakan, mengembangkan, menciptakan, lambang-lambang untuk berkomunikasi
dengan sesamanya. Melalui lambang-lambang pula manusia menanggapi lingkungannya
(Ahimsa, 2002:2). Kebudayaan Jawa banyak mengenal simbol-simbol yang diwujudkan
dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah melalui seni tari. Pada jaman Hindu
tari-tarian yang ada dipercaya sebagai ciptaan dewa yaitu dewa Shiva. Pengaruh
ini sangat besar dalam kehidupan seni di kraton-kraton Jawa, mulai dari
perangkat peribadatan sampai pada tari klasiknya (Sedyawati, 1997:163). Salah
satu contohnya adalah Tari Bedaya yang hidup di lingkungan kraton mempunyai
beberapa fungsi yang penting terkait dengan upacara kebesaran raja, upacara
penobatan raja dan upacara resmi kerajaan. Tari Bedaya dianggap memiliki nilai
sakral, gaib dan dianggap sebagai pusaka kerajaan yang adhi luhung. Tari Bedaya
di lingkungan kraton sifatnya tertutup, artinya bahwa tari Bedaya hanya bisa
dipergelarkan di lingkungan kreton dan hanya untuk kepentingan-kepentingan
kraton, pengertian ini mengandung maksud bahwa dengan nilai simbolik (sakral)
tari bedaya tidak boleh di pentaskdn atau di pelajari oleh masyarakat umum di
luar kraton.
3) Konsep dan prosedur pergelaran tari
:
1. menentukan
tema yang akan diangkat Tema ini merupakan gagasan awal suatu karya tari.
Gagasan dapat bersumber dari pengalaman sendiri / orang lain, imajinasi dan
kreativitas, kebudayaan masa lampau. Macam – macam tema antara lain:
a. heroic /
kepahlawanan adalah tari yang menggambarkan kepahlawanan
b. erotic /
percintaan adalah karya tari yang menggambarkan kisah percintaan
c. imitative / totemitis
adalah karya tari yang menirukan gerak binatang dan alam
d. pantomime /
mimitis adalah tarian yang menirukan gerakan orang / aktivitas seseorang
e. dramatic /
menggunakan cerita adalah tari yang mempunyai latar belakang cerita dan dalam penyajiannya
juga menggunakan cerita
f. tema non
dramatic / tidak menggunakan cerita adalah karya tari yang dalam penyajiannya
tidak menggunakan cerita atau bukan merupakan bagian dari suatu cerita tetapi
menggambarkan sesuatu.
2. memberikan
judul judul merupakan buah hasil dari gagasan tema yang direncanakan sehingga
dapat menggambarkan isi di dalamnya. Pemberian judul ini dilakukan dengan
member nama pada karya yang akan dipentaskan.
3.
mengeksplorasi gerakan mengeksplorasi gerakan dengan melihat pada komposisi
yang sudah ada sebelumnya atau pun dengan menggali dengan imajinasi dan
pengalaman – pengalaman estetik yang ada.
4. menyusun
gerakan dalam menyusun gerakan terdapat beberapa hal yang dilakukan antara lain
:
a. eksplorasi
adalah suatu usaha pencarian perbendaharaan gerak dengan berbagai cara.
b. Improvisasi
merupakan seleksi awal menuju gerak tari yang diinginkan. Cirri utama
improvisasi adalah spontanitas, karena dalam improvisasi terdapat kebebasan
yang lebih.
c. Komposisi
adalah proses pengembangan kreativitas yaitu pembuatan tari
d. Tehnik
evaluasi adalah penilaian pada unsure – unsure pembentuk tari. Evaluasi melalui
criteria antara lain : Gerak mempunyai makna dan relevansi gagasan terbentunya
tari Gerak begitu menarik dan mempunyai aksi yang orisinal, dinamis dan berpola
ruang Gerak mempunyai potensi untuk dikembangkan
e. Evaluasi
bentuk Evaluasi bentuk terfokus pada aspek perubahan dan penghalusan dalam
kontruksi desain ruang dan waktu. Kontruksi desain ruang terdiri dari
penentapan ukuran dan wujud ruang serta penentapan pola ruang melalui sedain
wujud, tubuh, lantai, atas, level dan ekstensi. Sedangkan waktu terdiri dari
frase seksi dan transisi, tampak dan selang – seling, variasi pengembangan dan
variasi motif untuk menciptakan pengulangan serta aspek – aspek pendukung
lainnya.
5. menentukan
pola lantai pola lantai adalah arah hadap serta garis penari pada waktu penyajian sebuah tarian, baik tunggal,
berpasangan atau kelompok.
6. menentukan
konsep music pengiring tari music pengiring adalah rangkaian bunyi yang
dihasilkan dari alat music atau oleh tubuh manusia yang dipakai sebagai
pengiring dan berfungsi sebagai pendukung suasana.
7. menentukan
tat arias, tata busana dan property kostum atau busana tari adalah semua
kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh penari di atas pentas yang sesuai
dengan peranan yang dibawakan.tata busana dalam tari harus sesuai dengan konsep
garapan yang akan ditampilkan baik desain maupun warnanya hal yang perlu
diperhatikan dalam penataan busana antara lain : memperhitungkan efek lampu
serta penyusunan komposisi warna kemunkinan terhadap penyesuaian gerak penari
dengan karakter dan peranannya harus memperhitungkan panggung dan penonton pada
prinsipnya kostum tari tidak bisa dipisahkan dengan tata rias fungsi kostum dan
tat arias adalah : member nilai keindahan dan kesopanan dalam kepenarian
membentuk perwatakan tokoh penari alat pelengkap penari identitas karakter
penari
a. kostum dan
tata rias pemilihan kostum harus disesuaikan dengan tema tari. Pilhan warna
penataan jangan sampai mengganggu penari dan tema tari dan disesuaikan dengan
watak penari. Rias busana seni tari ada dua yaitu rias busana tradisi, klasik
dan rias busana untuk tari kreasi , komtemporer
b. property tari
adalah benda – benda atau peralatan yang digunakan penari pada waktu manari.
Property dapat berupa senjata dan non senjata. Senjata berupa gada, tombak,
keris, cundrik, alugara, panah, nyenyep dll. Non senjata adalah sampur, piring,
lilin, paying, boneka, bokor, dll.
c. Assesories
tari Adalah pelengkap busana berupa perhiasan misalnya giwang, kalung, cincin,
gelang, bros, binggel dll. Untuk hiasan rambut cunduk jungkat, cunduk mentul ,
penetep dll
8. mesetting
panggung dan tata lampu hal ini penting untuk memperkuat gagasan yang diangkat
melalui karya tari tersebut, memperindah tempat pementasan, pendukung suasana,
dan memberikan rangsangan rasa pada penari maupun penikmat.perlunya perhitungan
jarak antar penari dan penonton serta efek cahaya di dalam pentas sangat
penting karena sangat mempengaruhi jalannya pementasan. Tempat pagelaran dapat
dibagi 2 yaitu tempat pagelaran in door ( dalam ruangan contohnya aula, ruang
kelas dll) dan tempat pagelaran out door( diluar ruangan / di luar gedung /
tempat terbuka contohnya lapangan, halaman sekolah dll )
9. naskah tari
Naskah tari adalah tulisan yang berisi konsep garapan tari . dalam konsep
garapan tari terdapat latar belakang karya tari, deskripsi karya tari, dan alur
cerita yang direfleksikan melalui gerakan tubuh. Secara lengkap konsep garapan
tari memuat antara lain: judul karya tari, latar belakang, tujuan, synopsis,
durasi, uraian gerak ( yang berisi penjelasan urutan rangkaian gerak tari,
komposisi tari, dan penggunaan hitungan atau syair lagu) desain iringan desain
tat arias busana desain tata artistic (cahaya, suara, dan tata panggung)
4) Kritik tari berdasarkan jenis, makna
simbolis, nilai estesis dan fungsi :
1.Pengertian Seni Ada lima hal yang terkandung dalam pengertian seni,
yaitu seni sebagai: kemahiran (skill), kegiatan manusia (human activity), karya
seni (work of art), seni indah (fine art), seni penglihatan (visual art) (The
Liang Gie dalam Setya Widyawati, 2003: 20-21). Pembahasannya sebagai berikut:
• Seni sebagai
suatu kemahiran : seni dalam artinya yang paling dasar berarti suatu kemahiran
atau kemampuan. Dikemukakan oleh William Flemming.
• Seni sebagai kegiatan manusia :
a. Kegiatan
manusia yang sadar melalui tanda-tanda tertentu. Dikemukakan oleh Leo Tolstoy.
b. Kegiatan
manusia yang menciptakan realita baru dengan perasaannya melalui
perlambang/kiasan microkosmos sebagai manifestasi macrocosmos. Dikemukakan oleh
Erich Kahler.
• Seni sebagai
produk dari proses aktivitas manusia dalam seni :
a. Kegiatan yang
dirancang untuk mengubah bahan alamiah menjadi benda-benda alam. Dikemukakan
oleh Raymon Piper.
b. Dalam arti
yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibuat oleh manusia untuk
dilawankan dengan benda-benda dari alam. Dikemukakan oleh Hospers.
• Seni indah :
berkaitan dengan pembuatan benda-benda dengan kepentingan estetis.
• Seni visual
adalah suatu karya seni yang khusus dilihat mata, seperti lukis, pahat, patung
dll.
Selain itu, ada beberapa tokoh yang
mendefinisikan seni sebagai berikut:
• Ki Hajar
Dewantara: segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya yang
bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (Sudarso
Pringgobroto, 1990: 2).
• Suwaji
Bastomi: seni merupakan hasil kreativitas penciptanya, yang terwujud dalam
bentuk kreasi dari hasil pengolahan yang kreatif.
2.Fungsi seni Dra. Widia Pakerti, Ppd dkk memaparkan fungsi seni sebagai
berikut:
• Langsung
a. Media ekspresi Kesenian sebagai sebuah karya cipta, rasa dan karsa
manusia yang mentransformasikan pengalaman batin atau jiwa melalui media ungkap
yang dipilih antara lain: gerak, rupa, suara. Sebagai salah satu upaya
pengungkapannya adalah dengan cara mengolah (dibesut, distilir, digarap,
ditata) media ungkapnya sehingga menjadi benda seni (karya seni/karya
cipta/hasil ciptaan/hasil kreatifitas) yang mempunyai muatan estetis
(keindahan) untuk disampaikan kepada penonton agar bisa ditanggapi ataupun
dihayati. Kreator (pencipta/penata/penggarap) dalam mengapresiasikan
pengalamannya memilih media pengungkapannya yang dianggap relevan melalui
selektifitasnya sendiri. Setiap kreator memiliki proses kreatif yang tidak
sama, masing-masing memiliki cara sendiri-sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip
ataupun metoda yang dipilih, tetapi secara garis besar proses kreatif tersebut
dapat dikategorikan sebagai berikut:
o Pengalaman
empiris
Merupakan
serangkaian kegiatan kehidupan yang memberikan pengaruh terhadap individu
sehingga berbagai pengalaman yang menarik bagi pribadinya tersimpan dalam
sanubarinya.
o Pengendapan
Merupakan sebuah
proses kristalisasi berbagai pengalaman hidup yang telah didapatkan dan masuk
dalam sanubarinya sehingga mampu mempengaruhi individu untuk selalu mengenang
sesuatu yang menyentuh sanubarinya.
o Perenungan
Merupakan suatu proses merenungkan segala
angan-angan yang berasal dari pengalaman empirisnya, yang kemudian telah
mengalami proses pengendapan sekian lama sehingga kemudian akan menghasilkan
sebuah ide gagasan tentang kekaryaan.
o
Penuangan/transformasi/eksplorasi
Merupakan suatu
proses mengekspresikan hasil dari pengalaman empiris, proses pengendapan dan
proses perenungan menjadi sebuah proses penggarapan dengan menggunakan media
yang dipilih sehingga nantinya dapat menghasilkan/mewujudkan sebuah hasil karya
baru.
b. Media
komunikasi Kesenian sebagai sebuah karya kreatif tentu akan dikomunikasikan
kepada orang lain. Sehingga mereka dapat mengetahui hal-hal tentang kekaryaan
tersebut yang ingin diinformasikan atau dikomunikasikan, misalnya tentang latar
belakang kekaryaan/penggarapan, proses penggarapan, ide yang diungkapkan, upaya
penyajiannya dan lain-lain. Para penonton/penikmat/penghayat/apresiator bisa
memperhatikan segala hal yang ada sebagai muatan isi kekaryaan. Apabila terjadi
respon dari penonton, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi antara
karya seni yang disajikan dengan penonton.
c. Media bermain
Masa anak-anak nampaknya merupakan masa bermain yang paling menonjol, karena
hampir setiap anak-anak tak pernah berhenti dari kegiatan bermain. Oleh karena
itu kegiatan maupun bentuk kesenian untuk anak-anak lebih tepat dengan
pola-pola ataupun bentuk kesenian yang bernuansa bermain.
• Tak langsung
a. Media Pendidikan Setiap karya seni pasti
mempunyai aspek pendidikan, karena dalam sebuah karya seni banyak mengandung
aspek nilai yang hendak diinformasikan kepada penonton. Transformasi nilai yang
ada pada sebuah karya seni dapat bermacam-macam sesuai dengan muatan yang ada,
melalui simbol pengungkapan yang dengan sengaja digarap oleh penciptanya atau
kreatornya dengan maksud dapat ditangkap oleh penonton. Kesenian sebagai media
pendidikan ditujukan untuk: - Pengembangan kemampuan dasar.
• Fisik Gerak sebagai salah satu unsur dasar
dari seni tari dan merupakan media ungkap seni tari, memberikan andil yang
sangat besar dalam perkembangan fisik anak-anak. Khususnya dalam perkembangan
motoriknya. • Serap Berlatih menari akan meningkatkan kemampuan daya serap anak
pada berbagai hal yang terjadi dilingkungannya.
• Pikir Seni dapat meningkatkan kemampuan
kognitif atau kemampuan berpikir anak.
• Emosi Seni
adalah ungkapan / ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui berbagai
media. Ekspresi jiwa ini yang kita sebut sebagai emosi. Bisa berupa rasa
senang, marah, sedih dan sebagainya.
• Cipta
Kegemaran bermain pada anak-anak seringkali menghadirkan suara-suara maupun
gerak-gerak tubuh yang indah dan ekspresif dengan gaya yang spesifik. Perilaku
ini bisa menjadi sumber kreatifitas dan acuan dalam memotivasi keberanian untuk
berkreasi. Hal ini menunjukkan bahwa berolah seni dapat meningkatkan kemampuan
daya cipta anak.
• Estetika Seni
tidak bisa terlepas dari Estetika atau keindahan. Melalui seni, kita dapat
meningkatkan kemampuan kita memahami tentang estetika/keindahan dan
mengekspresikannya melalui karya yang mempunyai nilai esstetika tinggi. -
Pengembangan bakat. Melalui seni kita dapat mengetahui bakat anak dalam bidang
tertentu (rupa, gerak, suara dan lain-lain). Kemudian kita juga dapat
mengembangkan bakat tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas diri anak
tersebut.
Menurut Gray A. Judith, peran
penting pendidikan seni pada anak adalah sebagai berikut:
a. Seni adalah dasar untuk berkomunikasi
Kesenian mengajarkan suatu cara lain untuk berinteraksi, mengungkapkan pikiran,
emosi atau aspirasi seseorang. Misalnya tari, ungkapan gerak merupakan bahasa
non verbal yang dikomunikasikan seseorang untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya.
b. Seni membantu
siswa membangun kreativitas dan bakat-bakat kreatifnya Kesenian memberikan
ruang yang luas kepada seseorang untuk berimajinasi kreatif dan mengembangkan
kreativitas melalui proses kesenian. Di dalam penelitian Gray dibuktikan bahwa
siswa yang mempelajari kesenian pada umumnya memperlihatkan orisinalitas dan
kreativitas dalam hal lain (Gray, 1989: 86-88).
c. Mempelajari
seni juga membantu siswa memahami pelajaran yang lain. Kesenian memberikan
pemahaman bagi cara berpikir yang berbeda, maka mempelajari kesenian dapat
membantu siswa belajar memecahkan masalah dalam memahami mata pelajaran yang
lain.
d. Mempelajari
seni adalah jalan terbaik untuk memahami peradaban manusia. Seni merupakan
bagian yang sangat penting dari peradaban manusia serta mencerminkan latar
belakang pencipta-penciptanya. Oleh karena itu seni memberikan ruang kepada
siswa untuk berkomunikasi langsung dengan masa lalu dan mengantar wawasan siswa
ke masa depan.
e. Mempelajari
seni mambantu siswa membangun disiplin. Belajar kesenian para siswa belajar
tentang disiplin diri, seperti disiplin berlatih bidang kesenian yang
dipilihnya, yang juga berpengaruh pada disiplin dirinya di dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Mempelajari seni di sekolah membantu siswa
mempersiapkan masa depannya. Dengan mempelajari kesenian, para siswa dapat
mengembangkan bakat dan minatnya untuk memilih karirnya di masa mendatang.
Tidak terbatas menjadi seorang seniman, tetapi bidang pekerjaan lain yang
terkait.
g. Mempelajari
seni membantu siswa menumbuhkan penilaian artistik (artistic judgement). Dalam
kehidupan sehari-hari, seringkali diperlukan penilaian artistik seperti
pemilihan warna, tekstur, pola, urutan gerakan, garis dan sebagainya (Gray,
1989: 86-88). Dengan demikian, kesenian termasuk seni tari mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia, sehingga perlu diwujudkan dengan serius
sebagai bagian integral dalam pembelajaran/stimulasi sejak dini.
3. Hakekat seni
: ‘keadilan’. Ajaran keadilan tersebut akan dapat diketemukan dalam
bentuk-bentuk kesenian seperti seni rupa, musik, teater maupun tari, dimana di
dalamnya terdapat konsep balance atau keseimbangan, entah berupa bentuk, warna
maupun ruang. Dari sinilah sebenarnya letak hakekat kesenian yang secara tidak
langsung menuntut pada sikap para seniman untuk merefleksikan keseimbangan,
yang bisa diartikan sebagai keadilan, di dalam masyarakat luas. Pengertian bahwa
seniman merupakan ‘kontrol sosial’ adalah seniman sebagai pembela nilai-nilai
kemanusiaan. Seniman harus mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai
kemanusiaan di sekitarnya. Dengan kata lain, kehadiran kesenian sebagai sarana
‘memanusiakan manusia’ lewat keseimbangan, keselarasan, dan keadilan yang
dikandungnya.
No comments:
Post a Comment